Pepatah
mengatakan, kadang kita menjadi musuh terburuk untuk diri sendiri. Dalam diri
kita sering muncul suara-suara yang menghambat kita mencapai tujuan-tujuan
kita. Kita tidak terlahir dengan suara-suara seperti itu, tapi merupakan hasil
pembelajaran dari pengalaman-pengalaman masa lalu, dari yang dikatakan
seseorang kepada kita, atau dari yang kita yang baca dikoran. Lalu tanpa kita
sadari,kita mengembangkan musuh di dalam diri sendiri. Untuk memudahkan,kita
beri nama untuk musuh-musuh di dalam diri kita yang mungkin sudah anda kenal
karena sering bicara dengan anda.
Read Mor
·
Pembuat keputusan yang bingung dan plin plan
Kita sering
mendengar keluhan dari si pembuat
keputusan yang plin plan tentang bagaimana yang seharusnya, dan akan jauh lebih
baik jika tidak seperti itu .Sering kali itu adalah kesalahan orang lain
juga.Tapi jika kita berhenti dan bertanya , “Lalu kamu maunya yang seperti apa
?”, mereka biasanya akan sulit
menjawab.Mereka tahu apa yng tidak mereka inginkan, tapi tidak tahu apa
yang mereka inginkan. Sebagai akibatnya, mereka tak akan membuat keputusan yang
akan membuat mereka menjadi lebih dekat
dengan apa yang merekan inginkan. Mereka juga tidak mengenali ketika apa yang
mereka inginkan berada di depannya, menatap ke dalam matanya.
·
Sejarawan
Sejarawan
mempunyai 3 aspek :
Aspek pertama ,
sejarawan mengira, karena tidak terjadi di masa lalu atau karena di masa lalu
mereka tidak berhasil melakukannya, makan juga tak akan berhasil di masa depan.
Aspek
kedua, mereka terus berpikir dengan cara berpikir yang sama seperti di masa lalu, dank are itu
tak pernah memandang sesuatu dengan perspektif baru atau memikirkan ide-ide
baru.
Aspek ketiga,
mereka terus menerus mengeluh tentang
betapa hebatnya di masa lalu sehingga mereka tidak melihat hal-hal baik yang
ada pada saat ini.
·
Si peragu
Salah satu
ungkapan favorit si peragu adalah , “Benar, kan ? Kan sudah saya bilang!” Si
peragu adalah orang yang menganggap sesuatu itu tak bisa dikerjakan atau mereka
tak bisa mengerjakannya. Karena itu, mereka tidak mengerahkan usaha untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan lalu ketika benar tidak bisa
dilakukan, mereka merasa menjadi orang yang benar. Di saat lain, si peragu
mungkin mengarahkan upaya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tapi
kemudian menggunakan waktu yang ada
untuk mencemaskan ini dan itu, bertanya-tanya apakah akan berhasil.
Akibatnya adalah, mereka stres dan
lelah.
·
Si penakut
Salah satu harga
yang harus dibayar untuk mencapai tujuan kita adalah bergerak ke luar dari zona
nyaman kita dan melakukan sesuatu yang baru, yang tak pernah kita lakukan
sebelumnya. Kebalikannya adalah, cara ini membantu kita untuk tumbuh dan
berkembang sebagai pribadi. Mengantar kita ke tingkatan baru sambil membuat
kita merasakan kesenangan dan
petualangan.
Tapi si penakut
lebih senang berdiri di pinggir lapangan, nonton orang lain mengerjakan
ssesuatu dan merasa heran betapa berani dan pintarnya orang-orang itu. Si
penakut sering pandai menyemangati orang lain dan mereka mungkin mencari alasan
untuk memaafkan diri mereka yang tidak keluar
dari zona nyaman dengan ‘merendah’. Tapi jauh di dalam hati, mereka
mungkin diam-diam mengharap. Mereka juga cukup berani kalau saja mereka dapat mengatasi rasa takut gagal.
·
Si kepala angin
“Cepat, cepat ke
sini ! ini adalah yang terakhir dan terbesar!” Si kepala angin kembali
mengalihkan erhatiannya pada ide baik terkini dan menjadikannya sebagai tujuan
baru mereka .
Yang menjadi
masalah adalah , mereka tak pernah menyediakan waktu yang memadai untuk ide
mereka yang sebelumnya untuk berkembang dan berakar.
Apalagi
mengambil tindakan yang tepat. Dan lalu menetapkan tujuan baru dan mengejarnya.
Jadi, hadapi
musuh-musuh anda dengan tatap muka. Berterimakasihlah kepada mereka atas
kehadirannya di masa lalu, dan sekarang,ucapkan selamat berpisah secara berani.
Lalu isi tempat mereka dengan seseorang yang anda cita-citakan di mana anda
ingin menjadi seperti itu.
No comments:
Post a Comment